LAJU DIGESTI


HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1.  Laju digesti Ikan Lele (Clarias batrachus)
Kel
0 menit
15 menit
30 menit
 X (gr)
LD (%)
Y (gr)
LD (%)
Z (gr)
LD (%)
1
0,45
100
0,40
88,89
0,6
133,33
2
0,45
100
0,40
89
0,225
50
3
0,3
100
0,25
83,33
0,2
66,67
4
0,45
100
0,25
55,55
0,25
55,55
5
0,35
100
0,2
57,14
0,35
100
6
0,35
100
0,3
85,71
0,25
71,4

%  Laju Digesti =
Keterangan :
x = 0 menit
                  Y = 15 menit
                  Z = 30 menit

x                = 0,35 gram

%BLx        = x 100%
           = x 100%
 = 100 %

y                = 0,3 gram

%BLy        = x 100%
           = x 100%
 = 85,71%

z                = 0,25 gram

%BLz        = x 100%
           = x 100%
 = 71,42%

Grafik 1. Grafik hubungan Bobot Lambung Ikan lele (Clarias batrachus) dengan Waktu pengamatan













B. Pembahasan
Laju digesti adalah laju kecepatan pemecahan makanan dari tubuh ikan dari molekul yang kompleks ke molekul yang lebih sederhana dan kemudian akan diabsorpsi oleh tubuh ikan. Proses digesti yang terjadi dalam lambung  dapat diukur dengan mengetahui laju pengosongan lambung. Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Rongga mulut memiliki gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah pada dasar mulut yang tidak dapat digerakan serta banyak menghasilkan lendir, tetapi tidak menghasilkan ludah (enzim). Makanan masuk ke rongga mulut makanan lalu masuk ke esophagus melalui faring yang terdapat di daerah sekitar insang. Esofagus berbentuk kerucut, pendek, terdapat di belakang insang dan bila tidak dilalui makanan lumennya menyempit. Makanan di kerongkongan didorong masuk ke lambung, lambung pada umum-nya membesar, tidak jelas batasnya dengan usus (Sunde et al., 2004). Ikan jenis tertentu memiliki tonjolan buntu untuk memperluas bidang penyerapan makanan (Kusrini, 2008).
Ikan lele merupakan ikan yang mendiami rawa dan sungai yang cocok di pelihara di kolam air diam. Dapat hidup dalam lumpur dengan kualitas air yang rendah. Ikan lele selain ditemukan di rawa atau sungai, ternyata juga dapat ditemukan di perarairan payau atau agak asin (Effendi, 1979). Lele mudah dikenali karena tubuhnya yang licin, agak pipih memanjang, serta memiliki "kumis" yang panjang yang mencuat dari sekitar bagian mulutnya. Ikan Lele (Clarias batrachus) memiliki klasifikasi sebagai berikut (Effendi, 1979) :
Phylum       : Chordata
Kelas           : Piscesa
Sub Kelas   : Teleostei
Ordo             : Ossariophychi
Famili          : Claridae
Genus         : Clarias
Spesies       : Clarias batrachus
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data perbandingan berat bobot lambung ikan lele setelah diberi pakan dengan selisih waktu tertentu. Hasilnya yaitu bobot lambung ikan 0 menit seberat 0,35 gram, 15 menit seberat 0,3 gram dan 30 menit seberat 0,25 gram setelah diberi makan 2.5% dari biomassa. Dari praktikum bobot lambung ikan dari menit 0 sampai kemenit 30 terjadi penurunan bobot lambung, hal ini sesuai refrensi menurut Yuwono (2001), seharusnya semakin lama waktu pengukuran setelah diberi pakan, maka semakin kecil bobot lambung. Hal ini karena molekul besar telah banyak yang didigesti menjadi molekul yang lebih kecil dan telah banyak diserap oleh usus. Namun pada percobaan pertama dan 6 ke 2 bobot lambung tidak sesuai referensi diatas, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi bobot lambung diantaranya ukuran dari organisme tidak seragam karena semakin sedikit organisme maka semakin sedikit pula organisme tersebut memakan pakan, selain itu faktor lingkungan (pH dan temperatur rendah atau tinggi nafsu makan menurun) dan kondisi organisme juga mempengaruhinya.
Perbedaan bobot tubuh bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi perbedaan laju digesti yang mengakibatkan perbedaan bobot lambung antara ikan satu dengan ikan lainnya. Menurut Mujiman (1984), faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi laju digesti diantaranya temperatur, umur, aktivitas, jenis kelamin, dan faktor-faktor kimia yang terdapat dalam perairan seperti kandungan O2, CO2, H2S, pH dan alkalinitas. Temperatur optimal dan tingkat aktivitas ikan mengakibatkan laju metabolisme meningkat sehingga laju digestinya pun meningkat. Penurunan bobot lambung saat praktikum mungkin juga dikarenakan faktor-faktor tersebut. Suhu mempengaruhi pertumbuhan dan nafsu makan ikan. Proses pencernaan makanan yang dilakukan oleh ikan berjalan sangat lambat pada suhu yang rendah, sebaliknya lebih cepat pada perairan yang lebih hangat (Rounsefell dan Everhart, 1953). Secara teoritis setiap kenaikan suhu 10°C diatas 13°C akan mengakibatkan makanan yang dikonsumsi ikan meningkat dari 2 sampai 3 kali lipat. Suhu air yang optimal untuk selera makan ikan adalah antara 25°C sampai 27°C (Atmadja, 1977).
Laju digesti dipengaruhi oleh faktor fisiologis dan lingkungan. Suhu tubuh, kesehatan, ukuran makanan dan stress berakibat pada menurunnya efisiensi pakan dan pengambilan nutrisi. Selain itu, menurut Yuwono (2001), digesti dimulai dari usus depan selama 1 –2 jam, kemudian menuju usus tengah dimana keberadaan pakan mencapai tingkat optimum 5 jam setelah proses makan dimulai.  Laju digesti pada umumnya berkolerasi dengan laju metabolisme ikan. Pengukuran waktu saat praktikum selama 15 menit dan 30 menit, sehingga hasil yang diperoleh saat praktikum besar kemungkinannya bukan merupakan suatu proses digesti akibat pakan yang diberikan saat praktikum. Biasanya semakin banyak aktivitas ikan itu, maka akan semakin banyak membutuhkan energi sehingga proses metabolismenya tinggi dan membutuhkan makanan yang mutunya jauh lebih baik dan lebih banyak jumlahnya (Kay, 1998).
Laju digesti juga dipengaruhi oleh enzim pencernaan. Enzim ini  berfungsi sebagai katalisator biologi reaksi kimia didalam pencernaan ikan, enzim – enzim ini disekresikan dalam rongga pencernaan berasal dari sel-sel mukosa lambung, pilorik kaeka, pankreas dan mukosa usus (Halver dan Hardy 2002). Beberapa contoh enzim pencernaan yang berfungsi sebagai hidrolisis nutrien makro dimungkinkan dengan adanya enzim perncernaan seperti protease, karboksilase, lipase dan selulase (Zonneveld et al., 1991). Semakin lama waktu setelah pemberian pakan maka aktivitas enzim protease di usus semakin berkurang. Hal ini menunjukan enzim protease diproduksi tergantung dengan kondisi pakannya (Muh Yamin et al., 2008).




KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan praktikum laju digesti pada Ikan Lele (Clarias batrachus) dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
  1. Semakin lama waktu pengukuran bobot lambung semakin rendah tetapi karena ada beberapa faktor sehingga bobot lambungnya justru semakin besar. Faktor yang mempengaruhi laju digesti pada ikan adalah temperatur lingkungan dan kualitas pakan yang diberikan, ukuran tubuh, jenis kelamin, aktivitas, dan umur.
2.    Laju digesti ikan Lele pada 0 menit pertama yaitu 100%, 15 menit yaitu 85,71% dan 30 menit 71,42%.

B. Saran
Saat praktikum lagu digesti ikan yang digunakan terlalu kecil sehingga kesulitan dalam pengambilan lambung, untuk pengambilan lambung ikan yang kecil seharusnya alat yang digunakan dalam ukuran yang tidak terlalu besar agar memudahkan pengambilan lambung.







DAFTAR PUSTAKA
Atmadja, G.W. 1977. Bahan Bacaan Akuakultur Jilid 1. Bagian Akuakultur. Departemen Tata Produksi Perikanan. IPB: Bogor.
Effendi, M.I.1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri: Bogor.
Halver JE & Hardy RW. 2002. Fish Nutrition. Academic Press. United States.
Kay, I. 1998. Inttoduction to Animal Physiology. Bios Scientific Publiher Limited. Spinger-Verlag New York. USA.
Kusrini, Eni. & Sri, R. 2008. Anatomi Organ Pencernaan Pada Ikan. http://naksara.net/Aquaculture/Physiology/anatomi-organ-pencernaan-ikan-nila-merah.html. Diakses Tanggal 11 Mei 2012.
Mujiman, A.  1984. Makanan Ikan. Penebar Swadaya: Jakarta.
Muhammad, Yamin., Palinggi, Neltje, N., & Rachmansyah. 2008. Aktivitas Enzim Protease dalam Lambung dan Usus Ikan Kerapu Macan setelah Pemberian pakan. Media Akuakultur Volume 3 No.1 Tahun 2008 40 - 44
Rounsefell, G.A. dan W.H. Everhart. 1953. Fishery Science its Methods and Aplication. John Wiley and Sons: New York.
Sunde, J., & Storer, T. J. 2004. General Zoology. Mc Graw-Hill Book Company Inc, London.
Yuwono, E. 2001. Fisiologi Hewan I. Fakultas Biologi Unsoed: Purwokerto.
Zonneveld N, Huisman EA dan. Boon JH. 1991. Prinsip – Prinsip Budidaya Ikan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 318 hal.


                           



LAJU DIGESTI PADA IKAN LELE (Clarias batrachus)

 








Disusun oleh :

Nama                            : Dian Lestari Putri
NIM                                : H1K010058           
R            ombongan               :  III
Kelompok                    : 6
Asisten                         : Diyanto
           
           
                                                                                               


LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AKUATIK



KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2012


Leave a Reply

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

about me

Foto saya
halooo..... blog ini aku buat sebenarnya karna tugas, diblog ini aku memakai bhs.nasional,inggris,jawa,sunda,jepang dikit2..hehehehhe ^__^ :D

Pengikut

Blogroll

Blogger templates

Blogger news