HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1. Hasil percobaan laju kerja jantung larva gurame terhadap temperatur dan zat kimia
Kel..
|
Normal
|
Dingin
|
Panas
|
alkohol
|
|||
Suhu (ᵒC)
|
DJ/menit
|
Suhu (ᵒC)
|
DJ/menit
|
Suhu (ᵒC)
|
DJ/menit
|
DJ/menit
|
|
1
|
29
|
116
|
5
|
76
|
72
|
144
|
36
|
2
|
28
|
120
|
5
|
148
|
75
|
168
|
56
|
3
|
27
|
144
|
6
|
152
|
60
|
164
|
28
|
4
|
28
|
208
|
5
|
180
|
98
|
276
|
192
|
5
|
27
|
108
|
6
|
188
|
70
|
162
|
104
|
6
|
25
|
136
|
5
|
128
|
74
|
168
|
120
|
B.
Pembahasan
Ikan gurame (Osphronomus
gouramy) termasuk golongan ikan Labyrinthici,
yaitu sebangsa ikan yang memiliki alat pernafasan berupa insang dan insang
tambahan (labyrinth). Labyrinth
adalah alat pernafasan yang berupa selaput tambahan yang berbentuk tonjolan
pada tepi atas lapisan insang pertama. Selaput ini terdapat pembuluh darah
kapiler sehingga memungkinkan bagi ikan gurami untuk mengambil oksigen (zat
asam) langsung dari udara dalam pernafasannya (Djarijah, 1995). Klasifikasi
Ikan Gurame (Osphronemus gouramy):
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Subordo : Belontiidae
Famili : Osphronemidae
Genus : Osphronemus
Spesies : Osphronemusgouramy
Gurame dapat hidup di sungai, rawa, telaga dan kolam air tawar. Gurame memiliki bentuk fisik khas, badannya pipih, agak panjang dan lebar. Badan tertutup sisik yang kuat dengan tepi agak kasar. Mulutnya kecil, letaknya miring, tidak tepat dibawah moncong. Bibir bawah terlihat menonjol sedikit dibandingkan bibir atas. Penampilan gurame dewasa dengan yang masih muda. Perbedaan itu dapat diamati berdasarkan ukuran tubuh, warna, bentuk kepala dan dahi. Warna dan perilaku gurame muda jauh lebih menarik dibandingkan gurame biasa (Sitanggang, 2001).
Tingginya denyut jantung larva ikan gurame dapat disebabkan karena ukuran tubuh larva ikan yang
terlalu kecil. Disesuaikan oleh pendapat Walerman (1960), hewan yang
kecil mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih cepat dari pada hewan besar, baik dalam temperature sedang,
panas, dingin maupun dalam keadaan alkoholik. Hal ini disebabkan karena hewan kecil memiliki kecepatan metabolisme yang lebih tinggi dibandingkan hewan yang besar setiap unit beratnya. Sesuai dengan pendapat Pennak (1953), yang menyatakan frekuensi jantung berbanding langsung dengan kebutuhan O2 per
unit berat badannya pada hewan dewasa.
Berdasarkan hasil praktikum kelompok kami, diperoleh hasil perlakuan normal dengan
temperature (25oC) didapatkan denyut jantung sebesar 136 per menit, pada temperature panas (74oC) denyut jantung sebesar 168 per menit, sedangkan pada temperature dingin (5oC) sebanyak 128 per menit. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi temperatur (masih dalam
kisaran larva untuk beradaptasi) maka semakin cepat pula kerja jantungnya, begitupun sebaliknya pada suhu rendah. Menurut (Soetrisno, 1980) bahwa dengan mengubah temperatur sekeliling maka frekuensi denyut jantung akan meningkat sejalan dengan kenaikan temperatur dan frekuensi denyut jantung akan turun bila suhu lingkungan diturunkan.
Frondson (1992) yang menyatakan bahwa adanya faktor-faktor kimiawi akan mempengaruhi aktivitas denyut jantung, ada yang bersifat memperlambat dan ada yang bersifat mempercepat. Dalam waktu tertentu alkohol dapat menyebabkan kematian pada larva ikan, karena
proses metabolismenya terganggu oleh zat kimia yang terkandung di
dalamnya. Gordon
et al., (1982), menyatakan bahwa kecepatan konsumsi oksigen pada hewan poikilotermal naik dua kali lipat setiap kenaikan 100 C. Keadaan temperatur yang rendah menyebabkan denyut jantung menurun karena pada kondisi ini larva ikan memerlukan oksigen dalam jumlah yang sedikit. Peningkatan dan penurunan kecepatan denyut jantung larva ikan ini memerlukan mekanisme penyesuaian terhadap lingkungan agar dapat bertahan hidup (Kimball, 1992) .
Berbagai macam faktor yang mempengaruhi kerja denyut jantung larva ikan gurame adalah sebagai berikut :
1.
Aktivitas dan faktor yang mempengaruhi denyut jantung ikan bertambah lambat setelah dalam keadaan tenang.
2.
Ukuran dan umur, dimana spesies yang lebih besar cenderung mempunyai denyut jantung yang lebih lambat.
3.
Cahaya,
pada keadaan gelap denyut jantung ikan mengalami penurunan sedangkan pada keadaan terang denyut jantung ikan mengalami peningkatan.
4.
Temperatur,
denyut jantung ikan akan bertambah tinggi apabila suhu meningkat.
5.
Obat-obat
(senyawa kimia),
zat kimia menyebabkan aktivitas denyut jantung larva. Menjadi tinggi atau meningkat atau menurun
sesuai dengan sifat dari obat atau senyawa kimia yang dipakai (Wallerman, 1960).
Ikan rainbow
trout dapat mengatur fungsi jantungnya sesuai dengan bergantinya suhu air, pada
suhu air dingin maka akan ada peningkatan pada otot dan jaringan ikat hal ini
disebabkan karena adanya pengurangan aktivitas dari AM
Mg2+ - ATPase dan sebaliknya (Jordan, et
al., 2011). Pada ikan Lepisosteus
osseus memiliki kombinasi pelabelan otot dan identifikasi neurokimia saraf
ekstriksik dan intrinsik jantung. Adrenergik, kolinergik, substansi P(SP) dan
neuronalnitrat oksida sintase (nNOS)- yang mengandung terminal saraf di dinding
arteriosusknous, sinus venosus dan atrium (Daniele et al.,
2011).
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan:
1.
Berdasarkan hasil praktikum kelompok kami, banyaknya denyut jantung larva gurame. Pada temperature panas 144 denyut per
menit, sedangkan pada temperature rendah (air dingin)
sebanyak 136 denyut per menit, Pada perlakuan penambahan alkohol 5 %, denyut jantungnya sebanyak 100 denyut per menit.
2.
Tingginya denyut jantung larva ikan gurame dapat disebabkan karena ukuran tubuh larva ikan yang
terlalu kecil.
3.
Semakin tinggi temperatur larva gurame hidup, maka semakin cepat pula kerja jantungnya, begitupun sebaliknya pada suhu rendah.
B. Saran
Praktikum mengamati kerja jantung larva gurame (Osphronemus gouramy) harus benar-benar dalam memperhatikan detak jantungnya. Untuk mengganti perlakuan dalam mengamati kerja jantung harus berhati-hati agar larva
yang digunakan tidak mati.
DAFTAR
PUSTAKA
Daniele,
Zaccone., Andrian C. Grimes, Anthony P. Farrell, Konrad Dabrowski & Fabio,
marino. 2011. Morphology, innervation and its phylogenetics Step in the Heart
of the longnose gar Lepisosteus Osseus.
Acta Zoologica (Stockholm) xx: 1–9 (May 2011)
Djarijah, A.S. 1995. Pakan Alami Ikan. Kanisius, Yogyakarta.
Frondson,
R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada Press.
Gordon,, Cech J. J. 1982. Animal Physilogy
Principles and Adaptation. Mac Munan Pubhlising. Co. Inc: New York .
Jordan,
M. Klaiman., Andrew J. Enna., Holly A.
Shiels., Joseph Macri., & Todd E. Gillis. 2011. Cardiac Remodeling in
Fish: Strategies to Maintain Heart Function during Temperature Change. Volume 6 | Issue 9 | e24464 1 – 11
Kimball, J. W. 1992. Biologi II. Penerbit Erlangga: Jakarta.
Pennak , R.
W. 1953. Fresh Water Invertebrate. The Royal Comp: New York.
Sitanggang,
B.S. 2001. Variasi
Fisiologi Ikan Gurami Dalam Menghadapi Ketersediaan
Sumber Pakan. ITB, Bandung.
Soetrisno,.
1989. Diktat Fisiologi Hewan.
Fakultas Peternakan
UNSOED: Purwokerto.
Wallerman,
T. H. 1960. The phisiologi Of
Crustacean Volume I. Academic Pers: New York.
KERJA JANTUNG
LARVA IKAN GURAME
(Ospherenemus gouramy)
Disusun
oleh :
Nama :
Dian Lestari Putri
NIM :
H1K010058
Rombongan : III
Kelompok : 6
Asisten : Diyanto
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI HEWAN AKUATIK
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
JURUSAN PERIKANAN
DAN KELAUTAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2012