barusan buka utube.. liat ulah orang gila.... haahaha... lu kudu liat sendiri ulah "eddo zell" sumpah ngakak liatnya,,,
cowok macam apa punya boneka banyak banget dan ada yg warna pink.
sumpahhh..ngaco bangettt
Archive for September 2012
BMKG
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG KLIMATOLOGI
LAUT
Oleh
Nama :
Dian Lestari Putri
NIM : H1K010058
Kelompok : 16
Asisten : Wulan Nur K
JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2012
KLIMATOLOGI
Klimatologi adalah ilmu
yang mempelajari iklim dan merupakan sebuah cabang dari ilmu atmosfer.
Dikontasakan dengan meteorologi yang mempelajari cuaca jangka pendek yang
berakhir sampai beberapa minggu. Klimatologi mempelajari beberapa frekuensi
dimana sistem cuacaa ini terjadi.
Klimatologi tidak
mempelajari fenomena atmosfer sacara tepat (misalnya pembentukan awan, curah
hujan dan petir) tetapi mempelajari kejadian rata-rata selama beberapa tahun
sampai millenia dan juga perubahan dalam pola cuaca jangka panjang, dalam hubungannya
dengan kondisi atmosfer.
BMKG
BMKG adalah lembaga
pemerintahan Non Kementerian Tugas pokok dan fungsi dan BMKG berdasarkan SK
KBMG Nomor. KEP.005 Tahun 2004, Stasiun Meteorologi Cilacap mempunyai tugas ; Melaksanakan pengamatan,
pengumpulan dan penyebaran data, penganalisaan dan prakiraan di
dalam wilayahnya serta pelayanan jasa
meteorologi.
Berikut adalah alat-alat yang
dipakai dalam pengamatan parameter-parameter meteorologi, klimatologi dan
geofisika :
1.
Open
Pan Evaporimeter
Gambar 1. Open Pan Evaporimeter
Evaporimeter
panci terbuka digunakan untuk mengukur evaporasi. Makin luas permukaan panci,
makin representatif atau makin mendekati penguapan yang sebenarnya terjadi pada
permukaan danau, waduk, sungai dan lain-lainnya.
1.
Panci Bundar Besar
Terbuat
dari besi yang dilapisi bahan anti karat. Panci ini mempunyai garis tengah 122
cm dan tingginya 25,4 cm.
2. Hook Gauge
Suatu
alat untuk mengukur perubahan tinggi permukaan air dalam panci. Hook Gauge
mempunyai bermacam-macam bentuk, sehingga cara pembacaannya berlainan. Untuk
jenis cassella, terdiri dari sebuah batang yang berskala, dan sebuah sekrup
yang berada pada batang tersebut, digunakan untuk mengatur letak ujung jarum
pada permukaan air dalam panci. Sekrup ini berfungsi sebagai micrometer yang
dibagi menjadi 50 bagian. Satu putaran penuh dari micrometer mencatat perubahan
ujung jarum setinggi 1 mm. Hook gauge buatan Perancis mempunyai micrometer yang
dibagi menjadi 20 bagian. Dalam satu bagian menyatakan perubahan tinggi jarum
0,1 mm, berarti untuk satu putaran penuh, perubahan tinggi jarum sebanyak 2 mm
Cara
Kerja Alat :
Dengan
adanya penguapan, permukaan air pada panci akan berkurang. Pengukurandilakukan
didalam still well yang terdapat lubang pada dasarnya untuk jalan masuk air.
Jumlahair yang menguap dalam jangka waktu tertentu diukur menggunakan hook
gauge dengan merubahletak ujung jarum sampai menyentuh permukaan air.
Pengamatan dilakukang dengan mencatat hasil pengukuran perubahan tinggi air
pada panci penguapan, pencatatan kecepatan angin rata-rata dari cup counter
anemometter serta pencatatan jumlah curah hujan dari penakar hujan OBS yang
terpasang.
2.
Sangkar Metorologi
Gambar 2. Sangkar Metorologi
Sangkar metorologi mempunyai dua
buah pintu dan dua jendela yang berlubang-lubang/kisi. Lubang/kisi ini
memungkinkan adanya aliran udara. Temperatur dan kelembaban udara didalam
sangkar mendekati/hampir sama dengan temperatur dan kelembaban udara diluar.
Sangkar dipasang dengan pintu
membuka/menghadap Utara-Selatan, sehingga alat-alat yang terdapat didalamnya
tidak terkena radiasi matahari langsung sepanjang tahun. jika matahari berada
pada belahan bumi selatan pintu sebelah utara yang dibuka untuk observasi atau
sebaliknya.
3.
Penakar Hujan Observatorium (OBS)
Gambar 3. Penakar Hujan OBS
Penakar hujan tipe observatorium adalah
penakar hujan tipe kolektor yang menggunakan gelas ukur untuk mengukur air
hujan. Penakar hujan ini adalah merupakan penakar hujan yang paling banyak
digunakan di Indonesia dan merupakan "standar" di negara kita.
Cara Kerja Alat
:
Saat terjadi
hujan, air hujan yang tercurah masuk dalam corong penakar. Air yang masuk dalam
penakar dialirkan dan terkumpul di dalam tabung penampung. Pada jam-jam
pengamatanair hujan yang tertampung diukur dengan menggunakan gelas ukur.
Apabila jumlah curah hujan yang tertampung jumlahnya melebihi kapasitas ukur
gelas ukur, maka pengukuran dilakukan beberapa kali hingga air hujan yang
tertampung dapat terukur semu
4.
Penakar Hujan Otomatis Hellman
Gambar 4. Penakar Hujan Otomatis Hellman
Penakar
hujan jenis Hellman termasuk penakar hujan yang dapat mencatat sendiri.
Gerakkan pena dicatat pada pias yang ditakkan/ digulung pada silinder jam yang
dapat berputar dengan bantuan tenaga per. Jika air dalam tabung hampir penuh,
pena akan mencapai tempat teratas pada pias. Setelah air mencapai atau melewati
puncak lengkungan selang gelas, air dalam tabung akan keluar sampai ketinggian
ujung selang dalam tabung dan tangki pelampung dan pena turun dan pencatatannya
pada pias merupakan garis lurus vertikal. Dengan demikian jumlah curah hujan
dapat dihitung atau ditentukan dengan menghitung jumlah garis-garis vertikal
yang terdapat pada pias.
Prinsi
Kerja :
1.
Setiap
terjadi hujan air akan masuk corong kemudian disalurkan ke pelampung sehingga membuat pena naik dan
membuat grafik pada pias
2. Ketinggian grafik menunjukkan jumlah curah hujan yang turun
3. Jika curah hujan mencapai 10 mm/ lebih maka pena menunjukkan angka 10 mm sebagai angka maksimal, kemudian air akan tumpah dari pelampung melalui pipa hevel dan pena akan turun lagi ke angka 0 ( nol) . Jika masih ada hujan lagi maka pena akan akan mencatat lagi, demikian berlangsung terus menerus.
2. Ketinggian grafik menunjukkan jumlah curah hujan yang turun
3. Jika curah hujan mencapai 10 mm/ lebih maka pena menunjukkan angka 10 mm sebagai angka maksimal, kemudian air akan tumpah dari pelampung melalui pipa hevel dan pena akan turun lagi ke angka 0 ( nol) . Jika masih ada hujan lagi maka pena akan akan mencatat lagi, demikian berlangsung terus menerus.
5.
Pschrometer Standar
Gambar 5. Pschrometer Standar
Terdiri dari empat buah
thermometer
1.
Thermoneter bola kering
Termometer
bola kering merupakan termometer air raksa dalam bejana kaca untuk mengukur
suhu udara aktual yang terjadi. Satuan
untuk suhu ini bias dalam celcius, Kelvin, fahrenheit. Seperti yang diketahui
bahwa thermometer menggunakan prinsip pemuaian zat cair dalam thermometer. Jika
kita ingin mengukur suhu udara dengan thermometer biasa maka terjadi
perpindahan kalor dari udara ke bulb thermometer. Karena
mendapatkan kalor maka zat cair (misalkan: air raksa) yang ada di
dalam thermometer mengalami pemuaian sehingga tinggi air raksa tersebut naik.
Kenaikan ketinggian cairan ini yang di konversika dengan satuan suhu (celcius, Fahrenheit, dll).
2.
Termometer bola basah
Suhu ini diukur dengan menggunakan
thermometer yang bagian bawah thermometer dilapisi dengan kain yang telah basah
kemudian dialiri udara yang ingin diukur suhunya. Perpindahan kalor terjadi dari udara ke kain basah
tersebut. Kalor dari udara akan digunakan untuk menguapkan air pada a kain
basah tersebut, setelah itu baru
digunakan untuk memuaikan cairan yang ada dalam
thermometer. Kelemahan thermometer bola basah yaitu :
a.
Air
raksa harganya mahal
b.
Air
raksa tidak dapat digunakan untuk mengukur suhu yang sangat rendah.
c.
Air raksa temasuk zat beracun sehingga
berbahaya apabila tabungnya pecah.
3.
Termometer maximum
Termometer air raksa ini memiliki pipa kapiler kecil
(pembuluh) didekat tempat/ tabung air raksanya, sehingga air raksa hanya bisa
naik bila suhu udara meningkat, tapi tidak dapat turun kembali pada saat suhu
udara mendingin. Untuk mengembalikan air raksa ketempat semula, termometer ini
harus dihentakan berkali-kali atau diarahkan dengan menggunakan magnet. Termometer
menunjukkan suhu udara tertinggi setelah terakhir dikembalikan
4.
Termometer minimum
Termometer minimum biasanya menggunakan alkohol untuk
pendeteksi suhu udara yang terjadi. Hal ini dikarenakan alkohol memiliki titik
beku lebih tinggi dibanding air raksa, sehingga cocok untuk pengukuran suhu
minimum. Prinsip kerja termometer minimum adalah dengan menggunakan sebuah
penghalang (indeks) pada pipa alkohol, sehingga apabila suhu menurun akan
menyebabkan indeks ikut tertarik kebawah, namun bila suhu meningkat maka indek
akan tetap pada posisi dibawah. Selain itu peletakan termometer harus miring
sekitar 20-30 derajat, dengan posisi tabung alkohol berada di bawah. Hal ini
juga dimaksudkan untuk mempertahankan agar indek tidak dapat naik kembali bila
sudah berada diposisi bawah (suhu minimum).
5.
Termohidrograf
Alat ini mencatat otomatis temperatur sebagai fungsi waktu.
Thermograph ini adalah logam panjang yang terdiri dari 2 bagian, kuningan dan
invar. Bentuk bimetal merupakan spiral. Terpasang pada sumbu horizontal dan
diluar kotak Thermograph. Satu ujung bimetal dipasang pada kotak dengan sekrup
penyetel halus, sehingga letak pena dapat diatur. Ujung lain dihubungkan
ketangkai pena melalui sumbu horizontal sehingga dapat menimbulkan track/
rekaman pada kertas pias yang berputar 24 jam per rotasi. Jika temperatur naik,
ujung bimetal menggerakkan tangkai pena keatas, dan sebaliknya. Sebelum
dipakai, thermograph harus dikalibrasi terlebih dahulu. Alat ini harus
ditempatkan dalam sangkar apabila dipakai untuk mengukur atmospher. Kertas
thermograph diambil seminggu sekali.
6.
Thermometer tanah gundul
gambar 6. Thermometer tanah gundul
Pengamatan suhu tanah sebetulnya dilakukan pada kedalaman 0 cm, 5 cm, 10
cm, 20 cm, 30 cm, 50 cm dan 100 cm. Pengukuran dilakukan pada tanah tertutup
rumput dan pada permukaan tanah terbuka. Cara pembacaan termometer tanah tidak
berbeda dengan pembacaan pada termometer bola kering.
Hal yang perlu diperhatikan adalah harus diusahakan agar membaca termometer
dengan cepat dan cermat sehingga menghindarkan kesalahan paralaks. Untuk
kedalaman 5 sampai 30 cm biasanya dipakai termometer yang bisa dibaca dari
luar, sedangkan untuk kedalaman 50 cm dan 100 cm biasanya dipakai termometer
air raksa yang dimasukkan dalam tabung yang kuat.
Cara membaca
termometer pada kedalaman 50 cm dan 100 cm :
- Buka tutup tabung besi
- Tarik tabung gelas yang terikat pada rantai
dengan hati-hati
- Pegang ujung gelas yang terikat dengan rantai
- Baca termometer sampai persepuluhan derajat
dengan cepat dan cermat
- Waktu membaca usahakan membelakangi matahari,
untuk menghindari pengaruh sinar matahari terhadap ketelitian pembacaan.
- Kembalikan termometer ke tempat semula dengan
hati-hati.
Suhu tanah umumnya rata-rata lebih
besar daripada suhu daripada suhu di atmosfer sekelilingnya. Hal ini disebabkan
oleh penyimpanan panas di tanah lebih lama daripada di udara. Suhu tanah yang
tertutup tanaman lebih kecil daripada suhu tanah gundul, karena tanaman
memerlukan energi untuk keperluan transpirasi.
7.
Anemometer
Gambar 7.
Anemometer
Anemometer adalah sebuah
perangkat yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin, dan merupakan salah
satu instrumen yang digunakan dalam sebuah stasiun cuaca. Istilah ini berasal
dari kata Yunani anemos, yang berarti angin. Anemometer pertama adalah alat pengukur
jurusan angin yang ditemukan oleh oleh Leon Battista Alberti. Anemometer dapat
dibagi menjadi dua kelas: yang mengukur angin dari kecepatan, dan orang-orang
yang mengukur dari tekanan angin, tetapi karena ada hubungan erat antara
tekanan dan kecepatan, yang dirancang untuk satu alat pengukur jurusan angin
akan memberikan informasi tentang keduanya.
8.
Automatic Weather System
Alat ini berfungsi sebagai
sensor pengukur suhu udara, kelembaban, tekanan udara, arah angin, kecepatan
angin, cura hujan, dan penyinaran matahari.
9.
Campbell stokes
Gambar
9. Campbell stokes
Alat
ini berfungsi untuk mengukur lamanya penyinaran matahari. Lamanya penyinaran
sinar matahari dicatat dengan jalan
memusatkan (memfokuskan) sinar matahari melalui bola gelas hingga fokus
sinar matahari tersebut tepat mengenai pias yang khusus dibuat untuk alat ini
dan meninggalkan pada jejak pias. Pias ditempatkan pada kerangka cekung yang
konsentrik dengan bola gelas dan sinar yang difokuskan tepat mengenai pias.
Jika matahari bersinar sepanjang hari dan mengenai alat ini, maka akan
diperoleh jejak pias terbakar yang tak terputus. Tetapi jika matahari bersinar
terputus-putus, maka jejak dipiaspun akan terputus-putus. Dengan menjumlahkan
waktu dari bagian-bagian terbakar yang terputus-putus akan diperoleh lamanya
penyinaran matahari. Cara kerja alat ini adalah pada saat matahari bersinar
cerah, sinar matahari yang jatuh pada bola kaca akan difokuskandan jatuh pada
kertas pias. Pemfokusan itu akan membakar kertas pias. Pergerakan matahari dari
timur ke barat (karena adanya rotasi bumi), akan menggeser pembakaran pada kertas
pias. Pias diangkat dan diganti kemudian dibaca jejak pembakarannya dengan menggunakan papan skala
untuk memperoleh data lama matahari bersinar.
Pias
Campbell Stokes ada 3 macam :
a. Pias lengkung panjang
b. Pias lengkung pendek
c.
Pias
lurus
10.
Theodolite
Gambar 10. Theodolite
Theodolite
adalah alat yang dirancang untuk pengukuran sudut, yaitu sudut mendatar yang
disebut dengan sudut horisontal dan sudut tegak disebut dengan sudut vertical.
Sudut-sudut tersebut berperan dalam penentuan jarak mendatar dan jarak tegak
diantara dua buah titik lapangan.
11.
Automatic Weather System (AWS)
Gambar 11. Automatic Weather System
AWS
(Automatic Weather Stations) merupakan suatu peralatan atau sistem
terpadu yang di disain untuk pengumpulan data cuaca secara otomatis serta di
proses agar pengamatan menjadi lebih mudah. AWS ini umumnya dilengkapi
dengan sensor, RTU (Remote
Terminal Unit), Komputer, unit LED
Display dan bagian-bagian lainnya.
Sensor-sensor
yang digunakan meliputi sensor temperatur, arah dan kecepatan angin,
kelembaban, presipitasi, tekanan udara, pyranometer, net radiometer. RTU (Remote Terminal Unit)
terdiri atas data logger dan backup
power, yang berfungsi sebagai terminal pengumpulan data cuaca dari
sensor tersebut dan di transmisikan ke unit pengumpulan data pada komputer.
AWS memiliki kelebihan yaitu cara
kerjanya bersifat otomatis sehingga tidak terlalu susah dalam pengamatan, namun
AWS juga memiliki sisi kelemahan yaitu
data akan tidak valid/ alat tidak dapat bekerja apabila tidak terdapat arus
listrik, sehingga arus listrik merupakan factor penentu untuk berjalannya alat
ini.
12.
Barometer
Gambar 12. Barometer
Membandingkan
perbedaan tinggi air raksa dalam tabung gelas dan di dalam bejana. Barometer
air raksa berfungsi untuk mengukur tekanan udara. Terdiri dari tabung gelas
berisi air raksa, bagian atasnya tertutup dan bagian bawahnya terbuka
dimasukkan ke dalam bejana air raksa.
13.
Barograf
Gambar 13. Barograf
Barograph
umumnya menggunakan prinsip Barometer Aneroid, dengan menghubungkan beberapa
kapsul/ cell aneroid dengan sebuah pena untuk membuat track pada kerta pias
yang diletakkan pada tabung yang berputar 24 jam per rotasi. Pada pias terdapat
garis-garis tegak menunjukkan waktu dan garis mendatar menunjukkan tekanan
udara.Tingkat keakuratan dari barograph, salah satunya ditentukan oleh jumlah
kapsul/ cell aneroid yang digunakan. Semakin banyak kapsul aneroid yang
digunakan maka semakin peka barograph tersebut terhadap perubahan
tekanan udara.
14.
Anemometer
otomatis
Gambar 14. Anemometer otomatis
Alat ini diletakkan didalam ruangan supaya terhindar dari sinar matahari
dan mempermudah pemantauan yang derguna untuk mengukur arah dan kecepatan
angin.
LAJU DIGESTI
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1. Laju digesti Ikan Lele (Clarias batrachus)
Kel
|
0 menit
|
15 menit
|
30 menit
|
|||
X (gr)
|
LD (%)
|
Y (gr)
|
LD (%)
|
Z (gr)
|
LD (%)
|
|
1
|
0,45
|
100
|
0,40
|
88,89
|
0,6
|
133,33
|
2
|
0,45
|
100
|
0,40
|
89
|
0,225
|
50
|
3
|
0,3
|
100
|
0,25
|
83,33
|
0,2
|
66,67
|
4
|
0,45
|
100
|
0,25
|
55,55
|
0,25
|
55,55
|
5
|
0,35
|
100
|
0,2
|
57,14
|
0,35
|
100
|
6
|
0,35
|
100
|
0,3
|
85,71
|
0,25
|
71,4
|
% Laju Digesti =
Keterangan :
x = 0 menit
Y
= 15 menit
Z
= 30 menit
x = 0,35 gram
%BLx = x 100%
= x 100%
= 100 %
y = 0,3 gram
%BLy = x 100%
= x 100%
= 85,71%
z = 0,25 gram
%BLz = x 100%
= x 100%
= 71,42%
Grafik 1. Grafik
hubungan Bobot Lambung Ikan lele (Clarias batrachus) dengan Waktu
pengamatan
B.
Pembahasan
Laju digesti
adalah laju kecepatan pemecahan makanan dari tubuh ikan dari molekul yang
kompleks ke molekul yang lebih sederhana dan kemudian akan diabsorpsi oleh
tubuh ikan. Proses digesti yang terjadi dalam lambung dapat diukur dengan mengetahui laju
pengosongan lambung. Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari
rongga mulut (cavum oris). Rongga mulut
memiliki gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada
geraham bawah dan lidah pada dasar mulut yang tidak dapat digerakan serta
banyak menghasilkan lendir, tetapi tidak menghasilkan ludah (enzim). Makanan
masuk ke rongga mulut makanan lalu masuk ke esophagus melalui faring yang terdapat di daerah sekitar insang.
Esofagus berbentuk kerucut, pendek, terdapat di belakang insang dan bila tidak
dilalui makanan lumennya menyempit. Makanan di
kerongkongan didorong masuk ke lambung, lambung pada umum-nya membesar, tidak
jelas batasnya dengan usus (Sunde et al., 2004). Ikan
jenis tertentu memiliki tonjolan buntu untuk memperluas bidang
penyerapan makanan (Kusrini, 2008).
Ikan lele
merupakan ikan yang mendiami rawa dan sungai yang cocok di pelihara di kolam
air diam. Dapat hidup dalam lumpur dengan kualitas air yang rendah. Ikan lele
selain ditemukan di rawa atau sungai, ternyata juga dapat ditemukan di
perarairan payau atau agak asin (Effendi, 1979). Lele
mudah dikenali karena tubuhnya yang licin, agak pipih memanjang, serta memiliki
"kumis" yang panjang yang mencuat dari sekitar bagian mulutnya. Ikan Lele (Clarias batrachus) memiliki klasifikasi sebagai berikut (Effendi, 1979) :
Phylum :
Chordata
Kelas :
Piscesa
Sub Kelas :
Teleostei
Ordo :
Ossariophychi
Famili :
Claridae
Genus :
Clarias
Spesies : Clarias batrachus
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data
perbandingan berat bobot lambung ikan lele setelah diberi pakan dengan selisih
waktu tertentu. Hasilnya yaitu bobot lambung ikan 0 menit seberat
0,35 gram, 15 menit seberat 0,3 gram
dan 30 menit seberat 0,25 gram
setelah diberi makan 2.5% dari biomassa. Dari praktikum bobot lambung ikan
dari menit 0 sampai kemenit 30 terjadi penurunan
bobot lambung, hal ini sesuai refrensi menurut Yuwono (2001), seharusnya
semakin lama waktu pengukuran setelah diberi pakan, maka semakin kecil bobot
lambung. Hal ini karena molekul besar telah banyak yang didigesti menjadi
molekul yang lebih kecil dan telah banyak diserap oleh usus. Namun
pada percobaan pertama dan 6 ke 2 bobot lambung tidak
sesuai referensi diatas, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor.
Faktor yang mempengaruhi bobot lambung diantaranya ukuran dari organisme tidak
seragam karena semakin sedikit organisme maka semakin sedikit pula organisme
tersebut memakan pakan, selain itu faktor lingkungan (pH dan temperatur rendah
atau tinggi nafsu makan menurun) dan kondisi organisme juga mempengaruhinya.
Perbedaan bobot tubuh bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi perbedaan
laju digesti yang mengakibatkan perbedaan bobot lambung antara ikan satu dengan
ikan lainnya. Menurut Mujiman (1984), faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi
laju digesti diantaranya temperatur, umur, aktivitas, jenis
kelamin, dan faktor-faktor kimia yang terdapat dalam perairan seperti kandungan
O2, CO2, H2S, pH dan alkalinitas. Temperatur
optimal dan tingkat aktivitas ikan mengakibatkan laju metabolisme meningkat
sehingga laju digestinya pun meningkat. Penurunan bobot lambung saat praktikum
mungkin juga dikarenakan faktor-faktor tersebut. Suhu mempengaruhi
pertumbuhan dan nafsu makan ikan. Proses pencernaan makanan yang dilakukan oleh
ikan berjalan sangat lambat pada suhu yang rendah, sebaliknya lebih cepat pada
perairan yang lebih hangat (Rounsefell dan Everhart, 1953). Secara teoritis
setiap kenaikan suhu 10°C diatas 13°C akan mengakibatkan makanan yang
dikonsumsi ikan meningkat dari 2 sampai 3 kali lipat. Suhu air yang optimal
untuk selera makan ikan adalah antara 25°C sampai 27°C (Atmadja, 1977).
Laju digesti dipengaruhi oleh faktor fisiologis dan lingkungan. Suhu tubuh,
kesehatan, ukuran makanan dan stress berakibat pada menurunnya efisiensi pakan
dan pengambilan nutrisi. Selain itu, menurut Yuwono (2001), digesti dimulai
dari usus depan selama 1 –2 jam, kemudian menuju usus tengah dimana keberadaan
pakan mencapai tingkat optimum 5 jam setelah proses makan dimulai. Laju digesti pada umumnya berkolerasi dengan
laju metabolisme
ikan. Pengukuran waktu saat praktikum selama 15 menit dan 30 menit, sehingga hasil yang
diperoleh saat praktikum besar kemungkinannya bukan merupakan suatu proses
digesti akibat pakan yang diberikan saat praktikum. Biasanya semakin banyak
aktivitas ikan itu, maka akan semakin banyak membutuhkan energi sehingga proses
metabolismenya tinggi dan membutuhkan makanan yang mutunya jauh lebih baik dan
lebih banyak jumlahnya (Kay, 1998).
Laju digesti juga dipengaruhi
oleh enzim pencernaan. Enzim ini
berfungsi sebagai katalisator biologi reaksi kimia didalam pencernaan
ikan, enzim – enzim ini disekresikan dalam rongga pencernaan berasal dari
sel-sel mukosa lambung, pilorik kaeka, pankreas dan mukosa usus (Halver dan
Hardy 2002). Beberapa contoh enzim pencernaan yang berfungsi sebagai hidrolisis
nutrien makro dimungkinkan dengan adanya enzim perncernaan seperti protease,
karboksilase, lipase dan selulase (Zonneveld et al., 1991). Semakin lama
waktu setelah pemberian pakan maka aktivitas enzim protease di usus semakin
berkurang. Hal ini menunjukan enzim protease diproduksi tergantung dengan
kondisi pakannya (Muh Yamin et al.,
2008).
KESIMPULAN DAN
SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan praktikum
laju digesti pada Ikan Lele (Clarias
batrachus) dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
- Semakin lama waktu pengukuran bobot lambung semakin rendah tetapi
karena ada beberapa faktor sehingga bobot lambungnya justru semakin besar.
Faktor yang mempengaruhi laju digesti pada ikan adalah temperatur
lingkungan dan kualitas pakan yang diberikan, ukuran tubuh, jenis kelamin,
aktivitas, dan umur.
2. Laju
digesti ikan Lele pada 0 menit pertama
yaitu 100%, 15 menit yaitu 85,71% dan 30 menit
71,42%.
B. Saran
Saat praktikum lagu digesti ikan yang digunakan terlalu kecil sehingga
kesulitan dalam pengambilan lambung, untuk pengambilan lambung ikan yang kecil
seharusnya alat yang digunakan dalam ukuran yang tidak terlalu besar agar
memudahkan pengambilan lambung.
DAFTAR PUSTAKA
Atmadja, G.W.
1977. Bahan Bacaan Akuakultur Jilid 1. Bagian Akuakultur. Departemen Tata
Produksi Perikanan. IPB: Bogor.
Effendi,
M.I.1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri: Bogor.
Halver JE & Hardy RW. 2002. Fish Nutrition. Academic Press. United States.
Kay, I. 1998. Inttoduction to Animal Physiology. Bios
Scientific Publiher Limited. Spinger-Verlag
New York . USA .
Kusrini,
Eni. & Sri, R. 2008. Anatomi
Organ Pencernaan Pada Ikan. http://naksara.net/Aquaculture/Physiology/anatomi-organ-pencernaan-ikan-nila-merah.html. Diakses
Tanggal 11 Mei 2012.
Mujiman, A. 1984. Makanan
Ikan. Penebar Swadaya: Jakarta.
Muhammad, Yamin.,
Palinggi, Neltje, N., & Rachmansyah. 2008. Aktivitas Enzim Protease dalam Lambung dan Usus Ikan Kerapu Macan
setelah Pemberian pakan. Media Akuakultur Volume 3 No.1 Tahun 2008 40 - 44
Rounsefell, G.A.
dan W.H. Everhart. 1953. Fishery Science
its Methods and Aplication. John Wiley and Sons: New York.
Sunde, J., & Storer, T. J. 2004. General Zoology. Mc
Graw-Hill Book Company Inc, London.
Yuwono,
E. 2001. Fisiologi Hewan I. Fakultas
Biologi Unsoed: Purwokerto.
Zonneveld N, Huisman EA dan. Boon JH. 1991. Prinsip – Prinsip Budidaya Ikan. PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 318 hal.
LAJU DIGESTI PADA
IKAN LELE (Clarias batrachus)
Disusun
oleh :
Nama :
Dian Lestari Putri
NIM : H1K010058
R ombongan : III
Kelompok :
6
Asisten : Diyanto
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AKUATIK
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
JURUSAN PERIKANAN
DAN KELAUTAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
PURWOKERTO
2012
Total Tayangan Halaman
Diberdayakan oleh Blogger.
Popular Posts
about me
- elpefato
- halooo..... blog ini aku buat sebenarnya karna tugas, diblog ini aku memakai bhs.nasional,inggris,jawa,sunda,jepang dikit2..hehehehhe ^__^ :D